BWF World Championship, buat pecinta badminton pasti gak bakalan asing denger turnamen ini. Salah satu turnamen tertinggi BWF yang dilaksanakan setiap tahun semenjak tahun 2006 namun tidak diadakan di tahun kelipatan empat karena adanya ajang bergengsi Olympic.
Tahun ini Indonesia mendapat penghargaan untuk menggelar turnamen yang di ikuti oleh pebulutangkis-pebulutangkis terhebat di dunia. 10-16 Agustus 2015 merupakan hari bersejarah sekaligus penuh perjuangan. Sedikit asa di dapat Indonesia sebagai tuan rumah untuk mempersembahkan gelar juara bagi NKRI yang akan berulang tahun ke-70 sehari setelahnya.
Sebagai salah satu pecinta sekaligus penikmat bulutangkis, saya pun tak rela melewatkan turnamen yang terakhir di gelar di Indonesia 26 tahun silam. Meski hanya bisa menikmati partai semifinal dan final secara langsung di Istora. Namun saya puas sekaligus merasa menjadi salah satu orang yang paling beruntung.
Jumat, 14 agustus 2015 saya harus rela tidak menyaksikan partai perempat final karena harus melalukan perjalanan yang cukup jauh untuk sampai di Jakarta. Hanya lewat live score saya memantau pertandingan pemain Indonesia. Dari 6 yang bertanding hari itu, 2 harus terhenti di perempat final. Sejujurnya sedikit menyesal tidak menyaksikan perjuangan mereka, karena banyak kejutan yang terjadi terutama di tunggal putri.
Sabtu, 15 Agustus 2015 pukul 07.30 dengan mata yang masih terkantuk-kantuk, saya dan teman saya melakukan perjalanan dari kuningan ke istora karena belum mendapatkan tiket pertandingan. Setelah sampai disana ternyata di tiket box tidak terjadi antrian.
Taraaaaaaa, tiket pun didapat tanpa susah payah meskipun diwarnai dengan lupa membawa kacamata. Namun terjadi antrian panjang dipintu masuk sejak pukul 09.00, padahal pertandingan pertama dilaksanakan pukul 11.00. Karena kecerobohan saya yang tidak membawa kacamata mau tidak mau kami harus mencari tempat strategis.
Hari itu 10 pertandingan yang memanjakan mata tersaji, Owi/Butet menjadi pemain Indonesia yang pertama bertanding. Bermain bagus di depan publik sendiri sayangnya Owi terkena sindrom 20 dan masih belum bisa menaklukan istora sehingga harus mengakui keunggulan Zhang Nan/Zhao Yunlei (CHN) 3 game 22-20 21-23 12-21.
Lindaweni harus bertemu tunggal terbaik India Saina Nehwal, bermain dengan sangat mengagumkan, Linda harus mendapatkan beberapa kali perawatan karena cidera yang dideritanya kambuh saat game pertama sedang berlangsung. Bermain dengan menahan rasa sakit akhirnya Linda harus menyerah 2 game langsung 21-17 21-17.
Greysia/Nitya menjadi pemain ketiga Indonesia yang bertanding di semifinal dan harus menghadapi Tian Qing/Zhao Yunlei (CHN) yang kembali berpasangan di kejuaraan dunia ini. Sebenarnya kedua pasangan ini sudah pernah saling mengalahkan namun sayang di pertemuan kali ini Greysia/Nitya harus mengakui keunggulan pasangan tiongkok 21-8 21-16.
Setelah ketiga pemain Indonesia yang bertanding sebelumnya terhenti di semifinal, Ahsan/Hendra menjadi satu-satunya harapan Indonesia untuk menempatkan satu wakilnya di Final. Bermain dengan penuh ketenangan Ahsan/Hendra berhasil mempupuskan harapan Lee Yong Dae/Yoo Yeon Soeng dua game langsung 21-17 21-19. Ini merupakan kemenangan pertama Ahsan/Hendra dari pasangan korea dengan dua game langsung. Dalam pertemuan sebelumnya pasangan Indonesia ini selalu menang dengan rubber game.
Sorak sorai gembira penonton di Istora mengakhiri semua pertandingan yang berlangsung di hari itu. Lebih dari 12 jam berada di Istora, rasa lelah pun tergantikan dengan senyum kemenangan the daddies. Terima kasih the daddies. Selamat berjuang di partai Final besok. Berikan kado terbaik untuk Indonesia!!!